eksistensi Allah
Bukti-bukti eksistensi Allah dapat ditinjau berdasarkan lima dalil, yaitu :
|
1.
|
Dalil
fitrah, yaitu perasaan alami yang tajam pada manusia bahwa ada dzat yang
maujud, yang tidak terbatas dan tidak berkesudahan, yang mengawasi segala
sesuatu, mengurus dan mengatur segala yang ada di alam semesta, yang
diharapkan kasih sayang-Nya dan ditakuti kemurkaan-Nya. Hal ini digambarkan
oleh Allah SWT dalam QS. 10:22.
|
2.
|
Dalil
akal, yaitu
dengan tafakkur dan perenungan terhadap alam semesta yang merupakan
manifestasi dari eksistensi Allah SWT. Orang yang memikirkan dan merenungkan
alam semesta akan menemukan empat unsur alam semesta :
|
a.
|
Ciptaan-Nya
|
Bila
kita perhatikan makhluk yang hidup di muka bumi, kita akan menemukan berbagai
jenis dan bentuk, berbagai macam cara hidup dan cara berkembang biak (QS.
35:28). Semua itu menunjukkan adanya zat yang menciptakan, membentuk,
menentukan rizki dan meniupkan ruh kehidupan (QS. 29:19,20). Bagaimanapun
pintarnya manusia, tentu ia tidak akan dapat membuat makhluk yang hidup dari
sesuatu yang belum ada. Allah SWT menantang manusia untuk membuat seekor
lalat jika mereka mampu (QS. 22:73). Nyatalah bahwa tiada yang dapat menciptakan
alam semesta ini kecuali Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Hidup.
|
b.
|
Kesempurnaan
|
·
|
Kalau
kita perhatikan, akan terlihat bahwa alam ini sangat tersusun rapi,
diciptakan dalam kondisi yang sangat sempurna tanpa cacat.Hal ini menunjukkan
adanya kehendak agung yang bersumber dari Sang Pencipta. Sebagai contoh,
seandainya matahari memberikan panasnya pada bumi hanya setengah dari
panasnya sekarang, pastilah manusia akan membeku kedinginan. Dan seandainya
malam lebih panjang sepuluh kali lipat dari malam yang normal tentulah
matahari pada musim panas akan membakar seluruh tanaman di siang hari dan di
malam hari seluruh tumbuhan membeku. Firman Allah:
|
·
|
“Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian
pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan
tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.”
(QS. 67:3,4)
|
c.
|
Perbandingan
ukuran yang tepat dan akurat (QS. 25:2)
|
·
|
Alam
ini diciptakan dalam perbandingan ukuran, susunan, timbangan dan perhitungan
yang tepat dan sangat akurat. Bila tidak, maka tidak akan mungkin para
ilmuwan berhasil menyusun rumus-rumus matematika, fisika, kimia bahkan
biologi.
|
d.
|
Hidayah
(tuntunan dan bimbingan) (QS. 20:50)
|
·
|
Allah
memberikan hidayah (tuntunan dan petunjuk) kepada makhluk-Nya untuk dapat
menjalankan hidupnya dengan mudah, sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing. Pada manusia sering disebut sebagai ilham dan pada hewan
disebut insting/naluri. Seorang bayi ketika dilahirkan menangis dan mencari
puting susu ibunya. Siapa yang mengajarkan bayi-bayi tersebut? Seekor ayam
betina membolak-balikkan telur yang tengah dieramnya, agar zat makanan yang
terdapat pada telur itu merata, juga kehangatan dari induk ayam tersebut,
dengan demikian telur tersebut dapat menetas. Secara ilmiah akhirnya
diketahui bahwa anak-anak ayam yang sedang diproses dalam telur itu mengalami
pengendapan bahan makanan pada tubuhnya di bagian bawah. Jika telur tersebut
tidak digerak-gerakkan maka zat makanan tersebut tidak merata, dengan
demikian ia tidak dapat menetas. Siapa yang mengajarkan ayam untuk berbuat
demikian ?
|
Kita
sering mendengar seseorang yang ditimpa musibah yang membuat hatinya hancur
luluh, putus harapan, lalu ia berdoa menghadap Allah SWT. Tiba-tiba musibah
itu hilang, kebahagiaan pun kembali dan datanglah kemudahan sesudah
kesusahan. Siapa yang mengabulkan doa, siapa pula yang mengajarkan orang,
yang kafir sekalipun, untuk berdoa/meminta pertolongan pada suatu zat di luar
dirinya yang dirasakannya bersifat Maha Kuasa dan Maha Berkehendak ? Firman
Allah :
|
“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah yang
kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu pun
berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” (QS.17:67)
Eksistensi
Allah terlihat dalam banyak sekali fenomena-fenomena kehidupan. Barangsiapa
yang membaca alam yang maha luas ini dan memperhatikan penciptaan langit dan
bumi serta dirinya sendiri, pasti ia akan menemukan bukti-bukti yang jelas
tentang adanya Allah SWT. Firman Allah :
|
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa al-Quran itu adalah benar.” (QS.41:53)
1.
|
Dalil
akhlaq
|
·
|
Secara fitrah
manusia memiliki moral (akhlaq). Dengan adanya moral (akhlaq) inilah, ia
secar naluriah mau tunduk dan menerima kebenaran agar hidupnya lurus dan
urusannya berjalan teratur dan baik. Zat yang dapat menanamkan akhlaq dalam
jiwa manusia adalah Allah, sumber dari segala sumber kebaikan, cinta dan
keindahan. Keberadaan ‘moral’ yang mendominasi jiwa manusia merupakan bukti
eksistensi Allah. (QS. 91:7-8)
|
2.
|
Dalil
wahyu
|
·
|
Para
rasul diutus ke berbagai umat yang berbeda pada zaman yang berbeda. Semua
rasul menjalankan misi dari langit dengan perantaraan wahtu. Dengan membawa
bukti yang nyata (kitab/wahyu dan mukzijat) mengajak umatnya agar beriman
kepada Allah, mengesakan-Nya dan menjalin hubungan baik dengan-Nya, serta
memberi peringatan akan akibat buruk dari syirik/berpaling dari-Nya
(QS.6:91). Siapa yang mengutus mereka dengan tugas yang persis sama? Siapa
yang memberikan kekuatan, mendukung dan mempersenjatai mereka dengan
mukzijat? Tentu suatu zat yang eksis (maujud), Yang Maha Kuat dan Perkasa,
yaitu Allah. Keberadaan para rasul ini merupakan bukti eksistensi Allah.
|
3.
|
Dalil
sejarah
|
·
|
Semua
umat manusia di berbagai budaya, suku, bangsa dan zaman, percaya akan adanya
Tuhan yang patut disembah dan diagungkan. Semuanya telah mengenal iman kepada
Allah menurut cara masing-masing. Konsensus sejarah ini merupakan bukti yang
memperkuat eksistensi Allah. (QS.47:10; perkataan ahli sejarah Yunani kuno
bernama Plutarch).
|
Terdapat beberapa cara mengenal Tuhan menurut ajaran selain Islam, diantaranya yaitu dengan hanya mengandalkan panca indera dan sedikit akal, sehingga timbul prakiraan-prakiraan yang membentuk filsafat-filsafat atau pemikiran tentang ketuhanan. Filsafat dan pemikiran tersebut justru mendatangkan keguncangan dan kebingungan dalam jiwa. Sehingga hanya menanamkan keraguan dan kesangsian terhadap keberadaan Allah. (QS.34:51-54; 2:147; 22:11; 10:94)
Adapun jalan yang ditempuh Islam untuk mengenal Allah ialah dengan menggunakan keimanan dan dilengkapi dengan akal. Kedua potensi tersebut dioptimalkan dengan proses tafakkur dan tadabbur. Tafakkur artinya memikirkan ciptaan atau tanda-tanda kebesaran Allah (ayat kauniyah). Tadabbur berarti merenungkan ayat-ayat Allah yang tertulis dalam al-Qur’an (ayat qauliyah). Sehingga timbul keyakinan di dalam hati tentang keberadaan dan kekuasaan Allah (QS.3:190-191; 12:105; 10:101)
Jalan yang ditempuh oleh orang mukmin bersandarkan pada fitrahnya sebagai manusia, yaitu mengoptimalkan akal, pemikiran, ilmu, serta hatinya untuk mengenal Allah lewat tanda-tanda kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya), bukan zat-Nya. Baik tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam, mukzijat serta dalm Al Qur’an. Lewat jalan inilah manusia akan mengenal Allah SWT.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda