HAKIKAT IBADAH
Makna ibadah
.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالاِْنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah Ku
[Adz Dzariyat 51: 57]
Para ulama tauhid dan ulama ushul fiqh
memberikan definisi ibadah, bahwa
ibadah adalah sebuah nama atau segala sesuatu, baik ucapan maupun perbuatan yang di cintai dan di ridhoi oleh ALLAH SWT
abik yang Nampak maupun tidak .
Yang
berhak disembah hanya Allah SWT semata, dan ibadah
digunakan
atas dua hal:
1.
Pertama: menyembah, yaitu merendahkan diri kepada Allah
SWT dengan
melakukan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya karena
rasa cinta
dan mengagungkan-Nya.
2.
Kedua: Yang disembah dengannya, yaitu meliputi
segala sesuatu yang
dicintai
dan diridhahi oleh Allah SWT berupa perkataan dan perbuatan, yang
nampak dan
tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat, cinta, dan yang
semisalnya.
Maka melakukan shalat misalnya adalah merupakan ibadah
kepada
Allah SWT. Maka kita hanya menyembah Allah SWT semata dengan
merendahkan
diri kepada-Nya, karena cinta dan mengagungkan-Nya, dan
kita tidak menyembahnya kecuali dengan
cara yang telah disyari'atkan-Nya.
Syarat
diterimanya ibadah :
1. Ikhals dalam melakukan ibadah semata – mata mengharap
ridha allah swt.
2. Mengikuti sunnah rasullulah . saw
Rukun
ibadah :
Dengan sederhana bisa saya simpulkan bahwa rukun ibadah
mencakup tiga hal:
1. Adanya RASA CINTA kepada Allah SWT
Ini adalah rukun yang paling penting dalam ibadah. Maka setiap hamba
wajib mencintai Allah Ta’ala, mencintai
semua hal yang dicintai oleh Allah, yaitu keta’atan kepada-Nya, dan membenci
semua apa yang dibenci Allah, yaitu kemaksiatan.
2. Adanya RASA HARAP kepada Allah SWT
Pilar berikutnya yang harus ada
dalam ibadah seorang hamba adalah rasa harap. Rasa harap yang dimaksud adalah
antara lain harapan akan diterimanya amal kita, harapan akan dimasukkan surga,
harapan untuk berjumpa dengan Alloh, harapan akan diampuni dosa, harapan untuk
dijauhkan dari neraka, harapan diberikan kehidupan yang bahagia di dunia dan
akhirat dan lain sebagainya.
Rasa harap inilah yang dapat mendorong seseorang untuk tetap terus
berusaha untuk taat, meskipun sesekali dia terjatuh ke dalam kemaksiatan namun
dia tidak putus asa untuk terus berusaha sekuat tenaga untuk menjadi hamba yang
taat. Karena dia berharap Alloh akan mengampuni dosanya yaitu dengan jalan
bertaubat dari kesalahannya tersebut dan memperbanyak melakukan amal kebaikan.
Sebagaimana firman Alloh “Wahai hamba-hamba-Ku yang
malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az Zumar: 53).
3.
Adanya
RASA TAKUT kepada Allah SWT
pilar lainnya yang mesti ada dalam ibadah seorang
muslim adalah rasa takut. Dimana dengan adanya rasa takut, seorang hamba akan
termotivasi untuk rajin mencari ilmu dan beribadah kepada Alloh semata agar
bebas dari murka dan adzab-Nya. Selain itu, rasa takut inilah yang juga dapat
mencegah keinginan seseorang untuk berbuat maksiat. Alloh berfirman, “(Yaitu)
orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak
melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat.” (Al
Anbiya: 49)
Rasa takut ada bermacam-macam, namun yang
takutnya seorang muslim ialah takut akan pedihnya sakaratul maut, rasa takut
akan adzab kubur, rasa takut terhadap siksa neraka, rasa takut akan mati dalam
keadaan yang buruk (mati dalam keadaan sedang bermaksiat kepada Alloh), rasa
takut akan hilangnya iman dan lain sebagainya. Rasa takut semacam inilah yang
harus ada dalam hati seorang hamba..
Tujuan ibadah :
1.
Takhliyyah /
tazkiyatul qolbi yakni kebersihan hati, maksudnya adalah, Ibadah yang kita
lakukan, shalat, puasa, Hajji, dsb.
Hendaknya itu semua mampu membersihkan diri kita
dari berbagai macam penyakit hati, mampu mensucikan diri kita dari kotoran
jiwa, dari virus virus qolbu yang sangat berbahaya dalam kehidupan. diharapkan
dengan rajinnya kita shalat maka bersihlah hati kita dari sifat sombong, dengan
seringnya kita puasa maka hilanglah penyakit serakahnya, dengan banyaknya
berzakat / shadaqoh berkuranglah bakhil, kikir dan pelit dalam hati kita. coba
kita perhatikan, didalam Al-Quran surah al-Maa’uun diterangkan, فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّيْنَ
Celaka
bagi orang shalat !, Siapa itu orang yang shalat juga tapi celaka juga ???,
ayat selanjutnya menjelaskan, orang shalat bisa celaka salah satu penyebabnya adalah اَلَّذِيْنَ هُمْ يُرَائُوْنَ
yaitu orang yang sholat tapi masih
memiliki penyakit hati yang bernama Riyaa’, suka pamer.
2. Tahliyyah. tujuan dari pelaksanaan
ibadah kita adalah, hiasan Akhlaq dan budi pekerti. pesan moralnya adalah,
Ibadah yang kita lakukan harus mampu menumbuh kembangkan sikap dan perilaku
yang baik dalam kehidupan. semestinya, dengan sering dan rajinnya kita shalat,
maka muncullah ketawadhu’an dalam pergaulan, dengan seringnya kita puasa, maka
tumbuhlah sifat pemaaf kita, tambah sayang kepada fakir miskin, dst.
Hikmah ibadah :
1. Tidak Syirik.
.dan melainkan bersujudlah
kepada Allah, yang telah menciptakan mereka, jika benar-benar hanya kepada Nya
kamu menyembah (beribadah) [Ha Mim As Sajdah 41:38]. Seorang hamba yang sudah
berketapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan
segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya
adalah lebih besar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang
dapat mengungguli Nya dan dapat dijadikan tempat bernaung.
2. Memiliki ketakwaan.
Hai manusia, sembahlah Tuhan
mu yang telah menjadikan kamu dan juga orang-orang sebelummu supaya kamu
bertakwa [Al Baqarah 2:22]. Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi
bertakwa, yaitu karena cinta atau karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta
timbul karena ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan
keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah
dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa
takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban
bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu
kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan
balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan.
4. Berjiwa social.
ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini.
5. Tidak kikir.
dan karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan mereka yang meminta sedekah dan untuk memerdekakan sahaya. [Al Baqarah 2:178]. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta untuk keperluan umat.
6. Merasakan keberadaan Allah SWT
Yang Dia melihatmu sewaktu kamu berdiri (shalat) dan bolak balik dalam sujud Ketika seorang hamba beribadah, Allah SWT benar-benar berada berada dihadapannya, maka harus dapat merasakan/melihat kehadiran Nya atau setidaknya dia tahu bahwa Allah SWT sedang memperhatikannya.
7. Meraih martabat liqa Illah
Tangan Allah ada diatas tangan mereka [Al Fath 48:11]. Dengan ibadah seorang hamba meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah SWT, menghanguskan seluruh hawa nafsunya dan lahir kembali dalam kehidupan baru yang dipenuhi ilham Ilahi. Dalam martabat ini manusia memiliki pertautan dengan Tuhan yaitu ketika manusia seolah-olah dapat melihat Tuhan dengan mata kepalanya sendiri. Sehingga segala inderanya memiliki kemampuan batin yang sangat kuat memancarkan daya tarik kehidupan suci. Dalam martabat ini Allah SWT menjadi mata manusia yang dengan itu ia melihat, menjadi lidahnya yang dengan itu ia bertutur kata, menjadi tangannya yang dengan itu ia memegang, menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi kakinya yang dengan itu ia melangkah.
8. Terkabul Doa-doanya
Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa kepada Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan beriman kepada Ku supaya mereka mengikuti jalan yang benar [Al Baqarah 2:187]. Hamba yang didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah mereka yang dekat dengan Nya melalui ibadah untuk selalu menyeru kepada Nya.
9. Banyak saudara
Ibadah selayaknya dikerjakan secara berjamaah, karena setiap individu pasti memerlukan individu yang lain dan ibadah yang dikerjakan secara berjamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya terutama terciptanya jalinan tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak hanya untuk individu tetapi untuk kemajuan semua manusia, jangan pernah putus asa untuk mengajak orang lain untuk beribadah, karena ia sedang memperluas lingkungan ibadah dan memperpanjang masanya.
10. Memiliki kejujuran.
Dan apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka ingat lah kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring atas rusuk kamu. [An Nisa 4:104]. Ibadah berarti berdzikir (ingat) kepada Allah SWT, hamba yang menjalankan ibadah berarti ia selalu ingat Allah SWT dan merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasinya sehingga tidak ada kesempatan untuk berbohong. اِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى اِلَى اْلبِرَّ وَاِنَّ اْلبِرَّ يَهْدِىْ اِلَى اْلجَنَّةِ... Kejujuran mengantarkan orang kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan orang ke surga [HR Bukhari & Muslim]
11. Berhati ikhlas
Dan mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada Nya dengan lurus. [Al Bayyinah 98:6]. Allah SWT menilai amal ibadah hambanya dari apa yang diniatkan, lakukanlah dengan ikhlas dan berkwalitas. Jangan berlebihan karena Allah SWT tidak menyukainya. هَلََكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ, قَالَ ثَلاَثًا Binasalah orang yang keterlaluan dalam beribadah, beliau ulang hingga tiga kali. [HR Muslim]
12. Memiliki kedisiplinan
Ibadah harus dilakukan dengan dawam (rutin dan teratur), khusyu (sempurnan), terjaga dan semangat.
13. Sehat jasmani dan rohani
hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat sebagai senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an sebagai sarana terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang tekun dalam ibadah dikaruniakan kesehatan. .
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda