Minggu, 18 Desember 2011

Kisah Klasik Sebuah Persahabatan

Tak bisa dipungkiri lagi, sebagai makhluk sosial kita membutuhkan teman. Entah itu pendamping, sahabat, kenalan ataupun musuh. Seseorang yang berada disamping kita untuk sekedar berbagi cerita, berbagi duka, berbagi bahagia, berbagi beban ataupun yang lainnya. Namun semua itu ada yang hanya mampir dalam kehidupan kita ataupun tinggal lama dan selalu hadir dalam setiap perjalanan kehidupan kita baik suka maupun duka.

Namun tak semua teman yang kita temui akan membekas dalam hati kita dan mau menemani setiap langkah kehidupan kita. Apalagi pada saat kita berada di titik terbawah, sedikit sekali yang mau berada di sisi kita, mendampingi bahkan menyediakan tenaga, pikiran , waktu dan doanya untuk memberikan kita semangat bertahan menghadapi cobaan hidup.

Di zaman modern ini, teman tidak hanya dalam bentuk makhluk hidup, namun sudah beralih ke benda mati. Handphone, Ipad, laptop, BB, Ipod, kamera dan berbagai jenis barang elektronik lainnya sudah bisa mengantikan arti sahabat. Apalagi adanya FB, Twitter, blog, dan social network lainnya. Makin mudahlah kita mengeluarkan emosi dalam jiwa. Mulai dari sumpah serapah, kritikan, narsis, uneg-uneg dan lainnya dengan mudah dapat kita baca dari status teman-teman kita. Namun apakah semuanya itu dapat mengantikan kehadiran seorang teman dalam hidup kita?

Ternyata tidak semua orang dapat merasakan penganti kehadiran seorang sahabat. Masih ada beberapa orang yang memerlukan kehadiran seorang sahabat secara langsung. Walau terpisah jarak dan waktu, namun kehadiran seorang sahabat di layar YM sambil ngobrol sana-sini, diskusi ga penting, ejek-ejekan, cerita kegiatan yang telah dilakukan bahkan sampai cita-cita dan harapan ternyata hal itu sangat dirindukan oleh seseorang disana.

Hampir dua bulan ini aku jarang sekali ngobrol dengan temanku, dulu hampir tiap malam selalu ngobrol tidak jelas. Mulai dari group band smash, berita, cita-cita, harapan, mimpi, politik, diskusi buku dan artikel di Koran, bahkan berdebat sesuatu yang ga penting. Kini rutinitas itu perlahan-lahan hilang dari kehidupan kami berdua. Sibuk dengan urusan masing-masing dan impian masing-masing. Bahkan apa yang sedang dan akan kami kerjakan pun tak pernah lagi kami bicarakan.

Hingga tadi sebuah message mampir di offline message YM ku, temanku menyapaku lagi dan hanya berkata “ Kangen, pengen ngobrol sama lu lagi. Kapan punya waktu buat gw?”. Sebegitukah ego ku hingga tidak menyadari sebuah rutinitas yang hilang dari keseharianku. Tanpa kusadari aku biarkan temanku kehilangan moment-moment indah bersamaku. Hanya sebuah kalimat yang kutuliskan padanya “Kapanpun kamu mau, kita dapat ngobrol”. Bisa ditebak, setelah pesanku terkirim, berikutnya berpuluh-puluh kalimat membanjiri YM ku. Mulai dari hal-hal bahagia sampai hal-hal sedih. Tak terasa hampir 2 jam kami chatting (plus diselingi dengan sering offline dan online nya YM ku hehehee). Kerinduan saling berbagi itu harus kami akhiri, tapi kami saling janji kapanpun ingin berbagi, tinggal sapa di YM.

Perubahan yang terjadi diantara kami, perbedaan waktu dan jarak yang membentang dan memisahkan kami, kesibukan dan rutinitas yang berbeda diantara kami tak selayaknyalah menjadikan kami semakin jauh. Biarlah perbedaan itu membuat kami mengerti makna sebuah pertemanan dan persahabatan. Menyadari betapa kami punya momen-momen kebersamaan yang bisa kami kenang nanti.

Tak perlu tiap malam kami chatting, tak perlu kami selalu cerita masalah pribadi kami, tak perlu kami mesti menjauh hanya karena perbedaan dan perubahan status kami, tak perlu kami saling menjauh karena masalah yang tidak jelas. Biarkan kami menikmati persahabatan ini tanpa harus mengikat salah satu diantara kami.

Terimakasih teman, betapa berartinya obrolan kita tadi sore, terimakasih sudah mengingatkanku akan persahabatan ini. Semoga apa yang kamu cita-citakan segera terwujud dan dapat kembali berkumpul dengan keluarga di negeri tercinta ini.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda