Kisah Klasik Sebuah Persahabatan
Tak bisa dipungkiri lagi, sebagai makhluk sosial kita membutuhkan teman. Entah itu pendamping, sahabat, kenalan ataupun musuh. Seseorang yang berada disamping kita untuk sekedar berbagi cerita, berbagi duka, berbagi bahagia, berbagi beban ataupun yang lainnya. Namun semua itu ada yang hanya mampir dalam kehidupan kita ataupun tinggal lama dan selalu hadir dalam setiap perjalanan kehidupan kita baik suka maupun duka.
Namun tak semua
teman yang kita temui akan membekas dalam hati kita dan mau menemani
setiap langkah kehidupan kita. Apalagi pada saat kita berada di titik
terbawah, sedikit sekali yang mau berada di sisi kita, mendampingi
bahkan menyediakan tenaga, pikiran , waktu dan doanya untuk memberikan
kita semangat bertahan menghadapi cobaan hidup.
Di zaman modern ini,
teman tidak hanya dalam bentuk makhluk hidup, namun sudah beralih ke
benda mati. Handphone, Ipad, laptop, BB, Ipod, kamera dan berbagai jenis
barang elektronik lainnya sudah bisa mengantikan arti sahabat. Apalagi
adanya FB, Twitter, blog, dan social network lainnya. Makin mudahlah
kita mengeluarkan emosi dalam jiwa. Mulai dari sumpah serapah, kritikan,
narsis, uneg-uneg dan lainnya dengan mudah dapat kita baca dari status
teman-teman kita. Namun apakah semuanya itu dapat mengantikan kehadiran
seorang teman dalam hidup kita?
Ternyata tidak semua
orang dapat merasakan penganti kehadiran seorang sahabat. Masih ada
beberapa orang yang memerlukan kehadiran seorang sahabat secara
langsung. Walau terpisah jarak dan waktu, namun kehadiran seorang
sahabat di layar YM sambil ngobrol sana-sini, diskusi ga penting,
ejek-ejekan, cerita kegiatan yang telah dilakukan bahkan sampai
cita-cita dan harapan ternyata hal itu sangat dirindukan oleh seseorang
disana.
Hampir dua bulan ini
aku jarang sekali ngobrol dengan temanku, dulu hampir tiap malam selalu
ngobrol tidak jelas. Mulai dari group band smash, berita, cita-cita,
harapan, mimpi, politik, diskusi buku dan artikel di Koran, bahkan
berdebat sesuatu yang ga penting. Kini rutinitas itu perlahan-lahan
hilang dari kehidupan kami berdua. Sibuk dengan urusan masing-masing dan
impian masing-masing. Bahkan apa yang sedang dan akan kami kerjakan pun
tak pernah lagi kami bicarakan.
Hingga tadi sebuah
message mampir di offline message YM ku, temanku menyapaku lagi dan
hanya berkata “ Kangen, pengen ngobrol sama lu lagi. Kapan punya waktu
buat gw?”. Sebegitukah ego ku hingga tidak menyadari sebuah rutinitas
yang hilang dari keseharianku. Tanpa kusadari aku biarkan temanku
kehilangan moment-moment indah bersamaku. Hanya sebuah kalimat yang
kutuliskan padanya “Kapanpun kamu mau, kita dapat ngobrol”. Bisa
ditebak, setelah pesanku terkirim, berikutnya berpuluh-puluh kalimat
membanjiri YM ku. Mulai dari hal-hal bahagia sampai hal-hal sedih. Tak
terasa hampir 2 jam kami chatting (plus diselingi dengan sering offline
dan online nya YM ku hehehee). Kerinduan saling berbagi itu harus kami
akhiri, tapi kami saling janji kapanpun ingin berbagi, tinggal sapa di
YM.
Perubahan yang terjadi
diantara kami, perbedaan waktu dan jarak yang membentang dan memisahkan
kami, kesibukan dan rutinitas yang berbeda diantara kami tak
selayaknyalah menjadikan kami semakin jauh. Biarlah perbedaan itu membuat kami mengerti makna sebuah pertemanan dan persahabatan. Menyadari betapa kami punya momen-momen kebersamaan yang bisa kami kenang nanti.
Tak perlu tiap malam
kami chatting, tak perlu kami selalu cerita masalah pribadi kami, tak
perlu kami mesti menjauh hanya karena perbedaan dan perubahan status
kami, tak perlu kami saling menjauh karena masalah yang tidak jelas.
Biarkan kami menikmati persahabatan ini tanpa harus mengikat salah satu
diantara kami.
Terimakasih teman,
betapa berartinya obrolan kita tadi sore, terimakasih sudah
mengingatkanku akan persahabatan ini. Semoga apa yang kamu cita-citakan
segera terwujud dan dapat kembali berkumpul dengan keluarga di negeri
tercinta ini.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda